Deadline Skripsi

Dear people. Aku sedang menggeder habis-habisan projek skripsiku nih. Gila aja udah hampir 12 bulan jalan, kalau samapi gak selesai Februari ini. Berdasar jadwal di Jurusan Teknik Elektro, pendaftaran sidang skripsi terakhir adalah tanggal 31 Januari nanti. Cukup mepet sih, tapi akau yakin akan bisa selesai pada tanggal tersebut. Coba menerapkan the law attraction-nya Rhonda Bryne aja kali yah. Yakin, yakin dan yakin, maka engkau mendapat apa yang engkau yakinkan. Jadi gue akan yakin kalau Kamis 31 Januri 2008 ini gue bisa kelar semua prasyarat daftar sidang yang harus dipenuhi ke dua Dosen Pembimbing aku, Pak Hamidillah Ajie dan Pad Widodo. Lalu aku bisa sidang sebelum tanggal terakhir sidang dan tanggal 15 Maret 2008 nanti si cowok ganteng ini dengan dihadiri keluarganya akan mengenakan toga. 😛

Setelah beberapa kali permak sini permak sana, akhirnya judul terakhir skripsiku adalah “Sistem Informasi Manajemen Kehadiran Pegawai Jurusan Teknik Leketro Universitas Negeri Jakarta menggunakan Java dan RFID”. Software nih, pake Java lagi. Pas terakhir dihitung-hitung sih source code karya ini udah hampir 4000 baris. Sebagian diauto sama Netbeans sih, IDE buat developing Java.

Mohon doa buat semua yang sempat mampir ke sini biar semuanya bisa lancar.

Alfamart vs. Indomaret

Sudah sejak lama ingin menulis topik ini. Baru sempat sekarang. Semoga cukup layak dibaca.

Mini market menyerbu! Sekitar 4 tahun terakhir fenomena ini menjadi perhatian yang menarik. Rak-rak yang tersusun rapi, variasi produk yang sangat banyak, pembayaran yang praktis dengan sistem kasir, ruangan ber-AC, tidak pengap, harga yang sangat kompetitif adalah beberapa hal yang menggambarkan keberadaan mini market. Sehingga, tidaklah mengherankan orang-orang langsung jatuh cinta pada mode toko ini. Pada bagian lain, para pedagang kelontong konvesional pun harus menghadapi pil pahit realita ini.

Ada konsumen ada produsen. Saya tidak terlalu tahu sejarah detail proses merebaknya mini market di Indonesia. Tapi saat orang bertanya apa itu Alfamart dan apa itu indomaret, saya yakin hampir seluruh orang Indonesia akan tahu. Dua label tersebut adalah pemain yang cukup intens dalam persaingan mini market. Untuk menjangkau banyak wilayah sistem waralaba dikelurkan oleh dua ritel ini. Bagi investor tentunya ini adalah peluang investasi yang sangat menggiurkan. Jaminan stok barang dan nama yang sudah mapan membuat investor tidak terlalu memikirkan investasi awal yang diperlukan dan skema royalti fee yang harus dibayarkan pada pemilik waralaba. Maka dari itu tkota hingga kampung paling terpencil.

Konsumen tentunya sangat diuntungkan dengan keberadaan mini market dengan keunggulan-keunggulan yang dimiliki seperti yang telah disebutkan di atas. Namun di sisi lain, keberadaan mini market pun secara perlahan tapi pasti bisa menggilas keberadaan pedagang konvensional. Inilah rimba manusia, who the fittest that will survive.

Ok, itu intermezo. Fokus ketertarikan saya mengenai fenomena minimarket ini adalah seperti judul post ini. Alfamart vs Indomaret. Sebenarnya, selain dua nama ini ada juga pemain-pemain lain yang bermain di usaha mini market, Namun untuk saat ini dua nama tadi lah yang cenderung mendominasi.

Konfrontasi (jika boleh dikatakan begitu) dua ritel mini market ini jika dilihat membuat geli dan agak tidak masuk akal. Saat satu waktu dibuka ritel indomaret baru, selang 1 atau 2 bulan dalam jarak yang tidak berjauhan, bahkan terkadang bersebrangan dan bersebelahan dibuka alfamart baru. Sama juga di saat ada dibuka alfamart baru tak akan lama indomaret pun berdiri tidak lama kemudian.

Dengan bisang usaha yang persis sama, pelayanan adalah hal yang harus benar-benar ditonjolakan dalam menjaga loyalitas pelanggan. Dari pengalaman pribadi saya terhadap dua minimarket ini, khususnya di lingkungan tempat tinggal saya, saya menarik kesimpulan-kesimpulan berikut.

Pertama, ketersediaan produk antara dua mini market ini cukup imbang. Sama-sama memiliki variasi produk yang banyak dan beragam. Demeikian juga mengenai tata ruang, tidak banyak berbeda. Servis dan pelayanan? Inilah dimana perbedaan terjadi. Indomaret sangat mengecewakan. Tapi itulah yang saya rasakan. Servis pelayannya sangat mengecewakan. Tak jarang ketika butuh bantuan tidak mendapat tanggapan yang memadai. Yang paling menyebalkan adalah kasirnya yang sangat tidak ramah.

Sebaliknya terjadi pengalaman yang berbeda di Alfamart. Servisnya sangat bagus. Setipa menanyakan sesuatu langsung ditanggapi dengan baik. Kasirnya sangat ramah, muda-muda dan yang terpenting… cantik-cantik. Apalagi cukup banyak karyawti berjilbab yang bekerja di mini market ini. Cukup menyejukan hati.

Maka dari itu, sudah sejak lama saya menjadi pelanggan setia alfamart dan hampir tidak pernah ke mini market pesaingnya tadi.

Ini hanya opini yang disimpulkan dari riset dalam lingkup terbatas. Jadi jangan dijadikan generalisasi, namun semoga juga bisa menjadi masukan bagi pihak-pihak pengambil keputusan di dua ritel itu.

Thesis Must Go On

Akhirnya saya berhasil mengajukan ulang proposal skripsi saya Kamis 3 Januari lalu. Tuntutan penggantian dosen pembimbing mengharuskan saya mengajukan ulang proposal. Secara pengerjaan, sebetulnya tidak ada pengaruh yang berarti. Penelitian dan penulisan saya lanjutkan terus. Semoga saja bisa tetap semangat dengan sisa-sisa waktu yang semakin ketat dengan dua dosen pembimbing yang baru. Yang terpenting, saya sangat berharap bisa satu hati dengan dosen-dosen pembimbing saya sehingga bisa lancar hingga sidang dan kelulusan skripsi ini.

24 Januari adalah tanggal pendaftaran sidang terakhir. Meski baru spekulasi. Saya yakin bisa merampungkan semua pekerjaan pada tanggal tersebut. 15 Maret adalah tanggal sakralnya. Sebuah seremoni bernama wisuda akan dilangsungkan di hari itu.

Review Buku Kisah Suskes Google

Apa webite yang biasa pertama anda buka saat berselancar di internet? Kemana anda pergi pertama kali unutk mulai mencari sesuatu di internet? Mungkin jawabannya akan bervariasi. Tapi dari beberapa variasi itu, saya yakin dominasi akan merujuk google sebagai jawaban.

Siapa peselancar internet yang tidak tahu google. Google adalah mesin pencari internet yang paling populer saat ini. Popularitas tersebut tentunya dicapai dengan kualitas dan layanan yang baik. Dalam usia yang masih sangat muda, perusahaan ini menjadi sihir yang sangat mengesankan. Berawal dari inovasi dalam pikiran kemudian diimplementasikan dengan melalaui banyak hambatan dan tantangan, akhirnya google menjadi besar.

Buku Kisah Sukses Google menceritakan bagaimana google mulai lahir, tumbuh, belajar dan akhirnya besar seperti sekarang. Buku ini ditulis dengan sangat baik dan mengesankan. Akan kentara penulis mana yang bisa menulis dengan baik dengan penulis yang kurang baik. Vise dan Malseed merepresentasikan bagaiman penulis yang menulis dengan baik. Sejak pertama membaca pendahuluan, pembaca akan segan untuk berhenti membaca. Tak heran karena Vise adalah penulis yang pernah mendapat Pulitzer award.

Google adalah sebuah kisah yang akan menjadi legenda. Google berdiri dari dua anak muda, Larry Page dan Sergey Brin dengan kombinasi karakter unik yang mereka miliki. Muda, jenius, kreatif , inovatif, eksentrik dan ambisius (tapi yang konstruktif). Google lahir kekecewaan Sergey dan Page pada sulitnya mencari informasi di internet di masa sebelum ada google. Internet adalah rimba informasi yang luar biasa. Namun, tanpa adanya sebuah mesin pencari yang baik, orang tidak akan pernah dapat menenmukan informasi yang diperlukan dalam rimba tersebut. Internet tidak akan berguna bila tidak ada informasi yang bisa dicari dan dimanfaatkan. Inilah kenyataan yang harus dihadapi orang-orang di masa sebelum google lahir.

Dari kekecewaan tersebut, Brin dan Page mulai mengembangkan suatu algoritma pencarian yang lebih baik. Melalui proses waktu akhirnya algoritma tersebut berhasil dikembangkan dan diimplementasikan secara perlahan. Pada awalnya Brin dan Page tidak pernah memiliki pikiran untuk mengembangkan perusahaan sendiri. Karena itu, pada awalnya, algoritma pencarian yang mereka kembangkan tersebut justru ditawarkan pada perusahaan-perusahaan lain. Pada waktu itu mereka mencoba memberikan tawaran pada Yahoo dan Altavista. Tentu saja, penolakan yang mereka dapatkan. Tapi justru inilah yang menjadi berkah. Dari penolakan-penolakan tersebut, akhirnya dua sahabat ini memutuskan untuk menggunakan algoritma mereka di perusahaan yang mereka bangun sendiri. Dari sinilah google lahir.

Google pada awalnya hidup dengan kondisi terseok-seok. Google pun sebetulnya lahir dari suntikan dana yang hanya berbasis kepercayaan. Keadaan mulai berubah drastis saat google mulai menggunakan iklan sebagai lahan pemasukan uang. Google pun akhirnya berkembang dengan sangat pesat. Pemasukan yang terus bertambah juga diiringi dengan inovasi-inovasi yang tidak pernah berhenti membuat Google menajdi perusahaan yang sangat cepat berkembang.

Demikianlah dengan niat dan diikuti aksi nyata segala sesuatunya pasti mungkin. Jika Page dan Brin bisa, mengapa kita tidak?

Diskon Buku di Gramedia

Tanggal 2 Januari kemarin saya jalan-jalan ke Gramedia Matraman di Jakarta Pusat. Dari iklan koran yang saya baca beberapa hari sebelumnya, toko buku ini sedang mengadakan hajat re-opening rupanya. Jadi hingga tanggal 4 Januari, semua item kecuali elektronik di korting 30 persen. Lumayan juga kan terutama untuk book freaks kayak saya. Freaknya freak beli doang. Sampai di rumah sih jarang baca :p.

Kemarin tuh total belanjaan buku sekitar 1 juta. Kira-kira ada 19 buku. Beberapa memang yang pengen di beli, beberapa yang lain sih lebih naksir ngeliat sampulnya yang keren (kayak buku Blue Ocean Strategy, sampulnya bagus, hardcover lagi). Kalau buku yang memang pengen dibeli sih lanjutan tetraloginya Laskar Pelangi. Novel terbaik yang pernah saya baca. Nanti mungkin kalau sempet akan saya review. Really recommend ato buy. Must have book. Yang lainnya misal Success Story Air Asia, Starbucks Experience, Mind Set tulisan John Nasbitt, Investing Handbook tulisan Alexandeer Graham, dan seterusnya. Pokoknya kalau udah selesai baca pengen aku ulas semuanya.

Oh ya berhubung  hari terakhir diskon di sana, pengen nyempetin balik lagi, pengen beli tas. KEmarin juga dah beli sih, Bodypack tas laptop yang selempang. Mahal lagi, 300 ribu dan ternyata setelah dipake kurang memuskan. Lebih enak bawa backpack nggak berat di bahu.