Tips Menikah di Usia 25

Dulu saya pernah punya harapan untuk menikah di usia 25. Pada akhirnya saya menikah sekitar tiga minggu menjelang usia masuk 26.

Pada dasarnya tak ada hal yang khusus dengan usia 25. Saya hanya merasa 25 adalah usia produktif. Jika segera punya anak maka selisih umur orang tua dan anak tidak signifikan. Jadi masih bisa bercanda-canda dengan anak. Pada usia 25an biasanya orang sudah menuntaskan kuliah dan sudah kerja untuk setidaknya 2 atau 3 tahun. Jadi seharusnya kita sudah matang secara mental dan materil pada usia ini.

Kembali ke masalah harapan untuk menikah di usia 25. Allah seringkali menjawab harapan-harapan manusia dengan penuh style. Termasuk masalah pernikahan ini. Harapan saya dijawab dengan persis. Saya ibarat dipertemukan dipertemukan dengan bidadari jatuh dari langit. Jatuh karena ternyata bidadari ini belum diberi sayap oleh Allah. Bidadari yang tidak pernah  saya kenal sebelumnya di kehidupan mana pun. Bidadari yang dipertemukan 5 bulan saja sebelum menikah. Bidadari yang saya pastikan akan selalu setia bersamanya selamanya.

Baiklah kita sudahi sesaat cerita tentang bidadari. :). Mari kita lanjutkan dengan tipsnya. Tips untuk bisa menikah di umur 25 yang pertama adalah niat. Meski nampak remeh ternyata masalah niat ini menjadi hal yang paling fundamental. Dengan adanya niat kita punya tujuan. Cepat atau lambat pasti sampai. Bandingkan dengan mengemudi tak punya tujuan. Sampai kapan pun tak pernah sampai. Cukup ucapkan dengan pelan namun mantap di hati “saya ingin menikah di usia 25” (atau di usia berapapun yang anda mau.

Tips yang kedua adalah ikhtiar. Setelah punya tujuan hal yang harus dilakukan selanjutnya adalah bergerak. Percuma punya niat namun pedal gas mobil tidak diinjak atau throtlle gas motor tidak dibetot. Tidak akan jalan. Tentu saja ikhtiar untuk menikah tidak sesederhana membejek pedal.

Melanjutkan masalah ikhtiar. Ikhtiarnya harus dilakukan dengan cara yang benar dan tempat yang benar. Ada pepatah yang mengatakan jodoh itu di tangan Tuhan. Namun jika tidak diambil-ambil ya di tangan Tuhan terus. Namun coba mancingnya jangan di tempat salah. Tempat baik untuk taaruf diantaranya pengajian, kampus, rumah sakit jika ingin dapat dokter atau mungkin bisa juga pdkt di seleksi beasiswa kominfo seperti yang saya lakukan.

Masih dalam tahap ikhtiar adalah masalah persiapan finansial. Hal ini harus sangat dipikirkan terutama oleh laki-laki. Namun jika niat sudah kuat masalah finansial tidak akan menjadi ganjalan. Percayalah Allah Maha Kaya. Saya akan buat post khusus mengenai ini.

Tahapan ketiga adalah seleksi dan istikharah. Jika diasumsikan kita meninggal di usia 70 tahun dan menikah di usia 25 tahun artinya kita akan mengarungi kehidupan pernikahan selama 45 tahun. Artinya dalam memilih partner tidak boleh asal-asalan. Cerai itu halal namun adalah hal yang sangat dibenci Allah.

Berikut kriteria memilih pasangan ideal. Bisa disingkat menggunakan singkatan aneh yang kurang lucu: dindanduntun. Din itu agamanya (Dien) yang utama. Kedua pilih yang pintar DANdan (analogi untuk memilih yang cantik dan tampan) agar tak bosan dilihat selama 45 tahun. Namun bagi yang tak merasa cantik dan tampan tak perlu khawatir, ukuran tampak dan cantik itu relatif bagi setiap manusia. Kriteria yang ketiga adalah dun analoginya yang mapan secara DUNiawi alias orang punya. Kriteria keempat adalah Tun (TUrunan) untuk analogi cari yang punya turunan atau nasab yang jelas. Namun dari keempat kriteria tersebut agama adalah yang paling utama.

Setelah seleksi dan merasa kandidat yang ingin kita ajak menikah di usia 25 lolos kriteria-kriteria yang penting, hal berikut yang harus dilakukan adalah istikharah. Tidak ada yang mampu memberi jawaban lebih presisi dibandingkan Yang Maha Presisi Allah Swt. Jawaban istikharah itu tidak harus berupa mimpi. Bisa juga berupa kebulatan hati dan kelancaran prosesnya. Hal itulah yang saya alami. Seiring waktu berjalan dengarkanlah kecenderungan hati. Meski tidak dapat diukur dengan eksak, jawaban istikharah dapat dirasakan dari kemantapan dan kebulatan hati terhadap pilihan yang kita ambil. Serta proses taaruf yang ibarat berseluncur di es, lancar dan mulus.

Setelah semua proses usaha dilakukan sampailah kita di ultimate step. Judulnya tawakal. Totalitas  pasrah dan ikhlas terhadap ketetapan Allah atas harapan yang kita mohonkan. Tawakalnya pun harus diiringi dengan qanaah berbaik sangka kepada Allah. Sebab Allah itu seperti apa yang hamba-hambanya sangkakan.

Setelah tawakal kemudian ternyata permohonan kita dikabulkan, jangan lupa untuk bersyukur. Namun harus diingat, menikah itu bukan destinasi akhir. Menikah itu adalah perjalanan panjang.

Pada akhirnya saya pun merasakan benar yang dikatakan orang-orang. Menikah itu tidak indah! Maksudnya tidak sekedar indah, namun menikah itu sangat sangat amat sangat indah.

Ditulis pada 23-25 Maret 2012 dariChangi ke CGK dan di Damri airport Kampung Rambutan