Tadi pagi, saya meluncur ke Bandung. Sebuah ekspektasi dan cita-cita mengiringi niatan perjalan tersebut. Sabtu lalu, saya mengikuti on camera test untuk news preseter Metro TV di Kedoya Jakarta Barat. Kali itu, saya gagal. Tadi pagi, saya penasaran dan mencoba lagi untuk kali kedua. Agak menyakitkan memang, saya gagal lagi.
Pengorbanan yang tidak terlalu mudah namun tidak terlalu dramatis juga. Ba’da shubuh saya langsung meluncur melahap jarak sekitar 150 Km dari Jonggol ke Bandung. Jalurnya bukan jalur yang terlampau menyenangkan pula. Hutan dengan beberapa titik jalan rusak dan mobil-bobil tronton besar yang harus disalip. Pengrobanan yang sia-siakah? Saya pikir tidak.
Kegagalan adalah guru yang baik. Sebagian sukses besar justru diawali dari kegagalan. Dengan kegagalan seseorang bisa melakukan evaluasi. Kegagalan membuat orang lebih mawas diri. Namun tidak jarang juga bila bisa saja satu kegagalan malah membuat orang jatuh dan putus asa. Semoga saja itu bukan saya.
Sebenarnya kegagalan tadi pagi pun sangat logis. Metro TV mencari qualified person. Setelah di tes, saya pun sadar sepenuhnya bahwa kualifikasi saya belum bisa memenuhi kualifikasi yang mereka butuhkan. Memang sekali lagi rasanya sangat tidak nyaman mendapat penolakan. Sebuah semangat membara pun berkobar dalam diri saya untuk bisa memperbaiki ini semua. Saya harus belajar lebih intensif lagi, bekerja keras dengan konsisten dan persisten. Terkadang ada rasa lelah, itu harus dilawan.Serng kali berat melawan kantuk di pagi hari, itu pun harus dikalahkan.
Saat saya dilahirkan, Allah Swt memberikan jatah umur terbatas yang tidak saya ketahui dimana limitnya. Saya hanya berharap dalam setiap tarikan nafas dimana kredit umur saya semakin berkurang, saya bisa memanfaatkan setiap potensi yang melekat dalam diri ini dengan sebaik-baiknya. Mungkin ada cita-cita pragmatis seperti punya mobil bagus atau membeli rumah nyaman. Mungkin juga selalu ada cita-cita transendental untuk bisa masuk surga. Saya harus tetap kuat, dan tidak pernah berhenti untuk berjuang.