Curhat awal April (job, unemployee and laptop)

Tanggal 31 Maret nih, tanpa terasa besok sudah bulan April lagi. Ada beberapa news. Pertama, sudah bulat 2 minggu saya berstatus sebagai pengangguran. Pengangguran total, sebab diem di rumah juga nggak ada produktifnya. Nulis kek, baca buku kek, bikin apa gitu yang berguna. Yang ada nempel di kasur seharaian. Tapi aku punya alasan dong. Kemarin 2 minggu kan atit (baca: sakit). Tapi mulai tanggal besok harus full spirit lagi produktif dan berkarya juga mencari kerja.

News berikutnya, karena permasalahan dana, kayaknya saya berencana menjual laptop saja. Padahal banyak sekali kenanganmanis bersamanya (hiks…). Semoga bisa segera punya rejeki untuk beli yang lebih bagus.

News selanjutnya, aktivitas saya selama 4 tahun ngampus ternyata membuat saya agak kurang memperhatikan perkembangan kota tempat tinggal saya, Jonggol yang tercinta. Ternyata, sekarang warnet sudah menjamur juga di Jonggol. Alamak, syukur deh kalo gitu. Saya kan akhirnya bisa mengurungkan niat masang Speedy tapi kata banyak orang slowy padahal tarifnya mahal abis. Tau sendiri lah semenjak karir saya sebagai mahasiswa ditamatkan oleh wisuda, saya tidak punya kases internet kampus gratis lagi. Apalagi laptop masih diopname, tapi sudah hampisr sembuh total sih, meski akhirnya harus saya lego karena butuh duit.

News berikutnya, aku udah ngelamar kerja loh ke beberapa tempat. Dulu mungkin saya sering penasaran, kenapa yah setiap hari sabtu dan minggu Koran Kompas kok laris banget? Ternyata di dua hari itu iklan lowongan kerja berjibun bos. Dan ternyata sekarang saya menjadi salah satu individu yang mencoba menjual skillyang semoga tidak pas-pasan kepada para penyedia kerja. Jadi bapak-bapak penyedia kerja, jangan khawatir, jika ada surat lamaran saya yang tiba di meja HRD perusahaan anda. Insya Allah dengan merekrut saya perusahaan anda akan mendapat sumber daya yang amat sangat berkualitas (he… he… Insya Allah beneran). Sudah saya masukan surat lamaran via email ke beberapa perusahaan sih. Nanti saya ceritain kalau aa salah satu yang jebol.Oh ya saya juga sudah ditolak loh oleh salah satu perusahaan di Cikarang (kejamnya…). Ada deh perusahaan X namanya.

Udah ah itu dulu, low quality banget yah postingannya. Namanya juga curhat.

Rasanya sakit

Kalau bisa milih antara sakit dan sehat, semua orang waras akan milih sehat. Hai kawan syukurilah kesehatanmu. Engkau baru akan merasakan betapa bernilainya kesehatan ketika jatuh sakit. Seperti saya. Setelah wisuda tanggal 15 Maret kemarin, saya langsung ambruk. Hampir dua minggu hingga hari ini. Pertama cuma agak kurang enak badan. Trus akhirnya sekitar seminggu saya demam + batuk parah. Sekarang sudah nggak demam lagi dan nggak batuk lagi. Taoi kambung diserang mual bukan main. Aduh nggak enak banget rasanya. Jadi healthy is really important to keep. So keep your health. (Ngomong kok bolak balik). Cuma curhatan doang kok.

Pendidikan dan Ijasah

Banyak dari kita sering melihat penyelenggaraan bursa-bursa kerja di berbagai tempat di kota-kota besar di Indonesia. Orang-orang berdesakan bahkan hingga kesesakan, kehabisan nafas berdesak-desakan. Pertanyaan besar yang muncul dalam kepala saya terhadap pemandangan tadi adalah, sebenarnya apa fungsi dari pendidikan? Melahirkan tenaga kerja? Atau melahirkan pengangguran? Pengangguran yang berharap dengan surat sakti bernama ijazah, dapat memperoleh topangan hidup dari orang dermawan yang mau mempekerjakannya, meski bila ditelusuri ternyata ia pun lulus kuliah dengan skill yang pas-pasan.

Tulisan ini dibuat tidak bermaksud untuk menyerang atau mengkritik secara kasar, namun mengajak kita semua untuk dapat merenung dan memaknai arti dari pendidikan dalam memperbaiki kualitas sumber daya manusia. Renungan bagi para lulusan lembaga pendidikan terutama pendidikan tinggi. Renungan bagi para sarjana-sarjana baru yang harus siap menyongsong masa depan dan menanggung tanggung jawab dalam membangun bangsa dan negaranya.

Selama kuliah efektif 7 semester ditambah penyelesaian skripsi selama 2 semester, saya mendapat banyak mata kuliah mengenai pendidikan karena saya sendiri kuliah di jurusan elektronika kependidikan. Tapi selayaknya mahasiswa tidak ideal lainnya, sebagian besar ilmu perkuliah teoritis yang telah saya pelajari menguap seperti air yang diteteskan di panci panas. Paling tidak saya masih mengingat sedikit definisi pendidikan dalam UU Sisdiknas tahun 2002. Pendidikan adalah usaha sadar dan terncana untuk bla.. bla.. bla. Pendidikan adalah proses bung, bukan tujuan. Proses adalah jantung dari pendidikan, sementara tujuan adalah hal yang opsional karena sebenarnya pendidikan sendiri tidak akan pernah selesai dan tiba di tujuan mana pun. Ijasah hanyalah label yang sebenarnya secara pragmatis kasar bisa saja dihilangkan untuk kepraktisan pendidikan ideal. Ijasah secara sederhana, mungkin dijadikan tujuan oleh banyak orang. Saya sendiri tidak sepakat dengan itu. Secara lebih moderat, saya lebih senang memandang ijasah sebagai check point dimana kita harus terus melanjutkan balap ke lap-lap berikutnya. Penghilangan ijasah nampaknya juga hal yang terlalu ekstrim dan tidak disarankan direalisasikan di dunia yang penuh birokratisisme saat ini dimana hitam di atas putih adalah segalanya meski hitam di atas putih itu dibuat dengan pemalsuan.

Bersikap moderat mungkin pilihan yang paling tepat. Tidak terlalu ekstrim tapi juga tidak terlalu lembek. Selagi sempat enyamlah pendidikan semaksimal mungkin. Belajarlah untuk tujuan bukan sekedar mengenyangkan diri sendiri kelak, namun bagaimana kita pun bisa memikirkan orang-orang lain di sekitar kita. Perdalami segala ilmu pahami pengetahuan dan amalkan setiap apa yang telah diperoleh. Hingga pada saat masa pendidikan selesai ijasah opsional dan visi yang lebih abadi pun bisa diperoleh. Visi untuk membaktikan diri untuk orang lain. Memberi makan yang kelaparan. Memberi baju untuk yang bertelanjang.

Sejenak bertanya pada diri, sudahkah saya melakukan hal-hal yang saya kicaukan di atas. Saya akui belum, tapi saya mencoba dan tidak akan pernah berhenti mencoba. Biarlah seperti khatib di shalat jumat, “saya berwasiat pada diri saya sendiri dan hadirin sekalian…”

Tiga huruf di belakang nama

Hari Senin ini hampir sama seperti Senin sebelunya. Hanya saja nampak matahari bersinar lebih cerah dan cenderung panas karena musim hujan pun akan segera berlalu. Perbedaan lainnya? Ada sebuah momen spesial yang telah terjadi Sabtu 15 Maret 2008 lalu. Sebuah pelantikan besar. Wisuda universitas. Harus dibuat takzim meski terkadang suasana tidak selalu memungkinkan. Nama saya sekarang adalah Jon Kartago Lamida S.Pd. Tidak terlalu glamor. Kelihatannya juga saya akan jarang menempelkan 3 huruf terbelang tadi kecuali jika memang diperlukan benar. Tiga huruf yang sejak dulu banyak dipakai oleh guru-guru saya di sekolah. Dosen-dosen di kampus. Tiga huruf yang terkadang menjadi destinasi utama para penuntut ilmu. Yang memandang pembelajaran adalah finish line dan bukan proses atau check point.

Meski belum terasa benar, terbesit juga bahwa saya harus memikul tanggung jawab besar atas tiga huruf tadi. Memberikan manfaat bagi orang-orang di sekitar. Memberi kontribusi berharga bagi bangsa dan negara. Memang terkesan bombastis. Tapi, alangkah menyedihkannya bila dengan 3 huruf tambahan tadi, saya hanya menjadi insan peminta iba bagi para penyedia kerja. Saya akan berusaha membiarkan pikiran terus mengalir. Tangan terus menulis. Akal terus bergerak. Dalam putaran dunia dan nafas kehidupan, yang akan tiba pada ujungnya suatu saat nanti. Dan, sebelum ujung itu datang, biarkan saya berbuat terbaik dalam setiap langkah yang saya jalani.

Finally My Laptop Will Be Fixed

Alhamdullah, akhirnya laptopku sudah akan bisa sembuh lagi. Meski untuk kesembhan itu pengorbannya berat juga.

Ternyata LCD laptop saya tidak bisa diselamatkan. Alias harus ganti LCD. Untuk itu semua, saya harus mengeluarkan uang 1.500.000. Cukup menyesakkan juga. Tapi ini akan menjadi pelajaran yang sangat berharga. Jadi, untuk teman-temanku di luar sana yang memiliki laptop. Simpan dengan baik dan benar. Jangan pernah mengulangi kebodohan sepserti saya yang menjejalkan barang-barang ke dalam tas laptop sehingga kepenuhan, kemudian LCDnya tertekan dan rusak semuanya.

Laptopku Rusak!

Lagi berduka nih. Senin 3 Maret lalu, Emilia laptop putih kesayanganku mengalami musibah. Di hari itu, sepulang dari kampus saya mampir ke agen majalah untuk beli InfoLinux bulan Maret. Kesalahan bodoh yang sangat saya sesali waktu itu, pulang dari kampus saya bawa dua kopi skripsi saya. Dalam tas slempang bodypack yang sudah agak penuh saya paksakan menjejalkan dua kopi skripsi tadi yang sebenarnya agak tebal. Maka, dengan bodohnya saya sudah menggencet laptop saya dalam tas tadi selama dua jam perjalanan dari Jakarta ke Jonggol.

Sesampai di rumah, setelah bersih-bersih  dan makan saya langsung membuka majalahInfoLinux yang baru dibeli tadi. Bonus doubke DVD yang saya dapat langsung saya buka dan dipasang ke laptop. Pada saat itu, laptop masih tampak sehat-sehat saja. Sekitar 30 menit ngotak-ngatik saya tinggal laptop ke kamar mandi. Pada saat balik, agak kaget. Kenapa kok LCD laptop bergambar seperti mozaik tidak karuan? Apa saya memasang screen saver. Saya colek-colek touchpad dengan maksud membangunkan praduga screen saver tadi. …. Kok nothing happen ya? …. Saya pencet-pencet kibord… Ngak respon juga. Hang mungkin (mencoba sok cool pura-pura nggak panik). Saya force merestart pake power button. Layar pun blank seperti biasanya. Seharusnya saat pertama layar hidup akan muncul logo A*Note besar. Tapi, setelah restart ko muncul garis-garis aneh? Ya Allah kayaknya si laptop ini sakit parah. Saya matiin lagi. Nyalain lagi. Sama aja. Saya matiin, saya tengkurepin berharap ada mukjijat aneh yang bisa membuat si laptop sembuh. No effect. Wah wassalam nih

Hiks, setelah saya bawa ke tempat temen, diagnosa sementaranya laptop saya kehabisan napas kegencet skrispi sampai  cairan LCD-nya keluar. Worst casenya ganti LCD. Dan nightmarenya, LCD laptop 12 inchi mahal bangat. Aduh gimana yah, sayahampir tidak bisa hidup tanpa laptop. Adakah orang dermawan di luar sana yang bisa mengobati kegelisahan ini?(Nggak deh bcanda).

PS: Kayaknya di postingan ini, tulisan saya gaka kurang karuan, lihat aja bahasanya yang gado-gado semauanya.

Novel Ayat-ayat Cinta

Akhirnya saya dapat meluangkan waktu untuk membaca Ayat-ayat Cinta. Saya membaca hari Minggu 2 Maret kemarin dari jam 2 hingga 5.30 sore. Sangat mengesankan. Namun, nampaknya pembangunan suasana dan nuansa Kang Abik (penulis ayat-ayat cinta) masih ada di bawah Andrea Hirata. Itu pandangan subjektif saya. Hanya Andrea Hirata yang bisa membuat saya tertawa sambil menangis dalam jarak yang sangat pendek.

Ayat-ayat Cinta mungkin akan membuat banyak kita merasa malu. Apakah masih ada pria seperti Fahri yang benar-benar bisa menjaga kesucian dirinya dalam hal pergaulan dengan lawan jenis? Hal yang sangat kontras dengan tontonan-tontonan yang marak di televisi saat ini. Sinetron-sinetron tidak berkualitas dengan pengumbaran hal-hal yang tidak benar. Kontras juga dengan realita di sekitar kita dengan kebanggaan-kebanggaan bergaul secara bebas berpacaran dan bermesraan dengan orang yang belum halal bagi mereka.

Agak membuat iri juga si Fahri ini. Bagaimana ya, rasanya dicintai oleh 4 orang wanita sekaligus? Sebuah pertanyaan lain juga tiba-tiba muncul di kepala saya. Cinta paling sejati adalah cinta pada Allah dan Rasul-Nya. Bagaimana saya bisa mencapai tahapan cinta tersebut? Dunia memang mengherankan. Di tengah keheranan dunia tersebut saya selalu berharap bisa menjadi insan yang baik dan selalu memperbaiki kesalahan-kesalahan. Ayat-ayat Cinta cukup dapat membuat saya bersemangat kembali memperbaiki yang salah dan menjalani kehidupan dengan sebaik mungkin. Dengan, beberapa kisah-kisah cinta dan perasaan asing merindu pada wanita-wanita du luar sana. Menanti penunaian perasaan tersebut dengan cara dan jalan yang benar.

Mungkin pertengahan bulan nati saya juga harus menonton film Ayat-ayat Cinta dan melihat bagaimana kolaborasi sutradara dan pemeran film tersebut menginterpretasikan kisah yang cukup mengharukan ini.

Honda Writing Competition Submition

Sangat disayangkan, nampalnya saya gagal mengirimkan essay untuk Honda Writing Competition. Tenggatnya sudah lewat pada tanggal 28 Februari kemarin. Masalah manajemen waktu lagi nih. Setiap orang sama punya jatah 24 jam sehari, 7 hari seminggu dan 4 minggu sebulan. Tapi, hanya sebagian saja yang sukses saat yang lain hanya menjalani kehidupan yang itu-itu saja tanpa capaian positif dan signifikan. Berbicara masalah waktu, tak heran Michael Faraday pun berkata: “berilah aku sedikit waktu luang, akan kubayar berapa pun harganya”. Jadi, untuk teman-teman di luar sana yang masih suka membuang-buang waktu, sekarang adalah waktu yang tepat untuk berubah.

Sedikit Tulisan Tentang Cinta


Coba bukalah sebuah kamus bahasa apa pun lalu cari definisi dari padanan kata sederhana sekaligus kompleks yaitu cinta. Saya sendiri tidak memegang kamus dan tidak tahu definisi persisnya. Hanya yang saya tahu bahwa cinta terkadang memang memusingkan sekaligus menyenangkan, membahagiakan sekaligus menyedihkan.

 

Cinta itu egois karena cenderung posesif. Cinta itu abstrak dan tidak dapat diuraikan dengan pernyataan yang eksak. Cinta adalah kenyamanan saat ada di dekatnya. Rasa tenang ketika ada di dekatnya. Rasa rindu ketika hanya mendengar suara. Rasa gundah ketika membayangkannya. Cinta, sudah tidak tahu berapa kali aku jatuh cinta…