Resolusi 25 – Resolusi 2011

Sekarang saya sudah 25 tahun dan sekarang saya di penghujung 2010. Meski mungkin saja setelah menulis ini saya mati, atau esok atau bulan depan, saya hanya ingin selesai menulis apa-apa yang ingin saya capai di tahun depan. Mengapa harus dituliskan? Dari beberapa buku pengembangan diri yang pernah saya baca, langkah untuk mencapai apa yang kita inginkan itu adalah sangat mudah. Pertama, ketahuilah dengan pasti apa yang kita inginkan. Sangat masuk akal, bagaimana mungkin bisa mencapai keinginan kita jika kita tidak tahu apa yang kita mau. Kedua setelah tahu pasti apa yang kita inginkan, tuliskanlah. Sesuatu yang hanya tersimpan di kepala itu terlalu abstrak hingga ia direalisasikan paling tidak ke atas kertas atau layar laptop. Ketiga, lakukan langkah spesifik yang kontinu setiap waktu dalam mencapai tujuan tersebut.

Sudah beberapa tahun saya mencoba pendekatan di atas. Namun sejauh ini saya hanya berakhir di tahap kedua, hanya menuliskan. Sebab setelah menuliskan saya lebih sering terlalu putus asa untuk semangat mengejar keinginan-keinginan itu. Jon jangan bermimpi terlalu tinggi, kalau jatuh sakit rasanya. Tidak, saya tahu api meski harus sakit jatuh dari ketinggian, setidaknya saya bisa melihat banyak hal dari atas yang mana tidak dapat dirasakan oleh orang-orang yang bermimpi biasa saja atau bahkan tak pernah bermimpi. Bermimpilah dan biarkan Tuhan memeluk mimpi-mimpimu.

Sebelum masuk ke mimpi-mimpi 2011, ini adalah mimpi-mimpi 2010 dan ini adalah mimpi-mimpi 2009. Agak tragis, dari kedua contoh itu saja banyak yang gagal. Tapi biarlah, manusia tak akan pernah belajar jika tidak pernah gagal. Dan saya tidak mau terus gagal dan tidak mau terus puas dengan hanya bermimpi.

Mimpi-mimpi 2011

  • Punya karir bagus (diukur dari pengetahuan, relasi dengan orang, soft skill dan gaji)
  • Bisa berkomunikasi dengan baik, lisan dan tulisan
  • Lebih disiplin, fokus dan tepat waktu
  • Menguasai software engineering secara komprehensif
  • Fasih bahasa inggris
  • Mengatur pola makan dan Olahraga Rutin
  • Baca buku minimal 1/minggu
  • Bikin minimal satu tulisan per minggu (posting blog, artikel, cerpen, diary, puisi etc)
  • Ikut satu kontes, secara spesifik kontes software
  • Presentasi paper di konferensi ilmiah
  • Belajar bahasa jepang
  • Beli mobil
  • Kuliah S2
  • Married

Saya tidak mau merinci poin per poin. Biarkan saja mereka berjalan liar di kepala. Selamat datang 2011 dan selamat usia ke 25.

Sick Leave Permission

Tak terasa waktu sudah berada di penghujung 2010. Cepat sekali sebab serasa baru saja Januari 2010 dijalani dan sekarang sudah Desember. Lalu apa hubungannya perwaktuan ini dengan judul post kali ini? Kali ini ingin membahas (baca: curhat) masalah persakitan.

Pada dasarnya saya adalah orang yg tidak mudah sakit. Tapi jika sekalinya sakit biasanya agak lama. Sepanjang 2010 saya ingat hanya 2 kali sakit keras. Pertama di akhir Januari dan kedua sekitar bulan Mei. Bahkan di akhir Januari untuk pertama kali saya merasakan near dead experience. Pada waktu itu saya demam sangat tinggi namun saya terpaksa masuk kantor untuk hand over pekerjaan. Di perjalanan pulang saya megap-megap setengah mampus sesak dengan temperatur badan yang sangat panas. Alhamdulillah Allah masih memberi saya kesempatan hidup. Perjalanan bus dan angkot 3 jam serasa berhari-hari. Ajaibnya saya sembuh dalam waktu dua hari saja tanpa ke dokter. Sabtu Minggu dan hari Senin saya sudah masuk ke tempat kerja baru. Beberapa minggu setelah itu saya menjadi orang yang cukup religius. Sholat sangat khusu dan sangat rajin ngaji. Tapi beberapa Minggu selanjutnya reset to default. Dasar manusia.

Sakit parah kedua adalah batuk-batuk. Sempat ijin kerja dua hari dan berobat ke Rumah Sakit Medistra dengan total biaya 1 juta lebih. Namun hasilnya nihil. Justru pada akhirnya saya malah sembuh setelah diberikan air obat dari guru ngaji mama saya. Memang betul sih yang namanya sakit dan sehat kan ketetapan Yang Di Atas. Jadi suka-suka Yang Di Atas mau kasih sembuh atau tidak.

Tanpa diharap dan diminta sebelum tutup buku 2010 Jon drop lagi. Sebenarnya ga ngerti jg kenapa sebabnya. Jumat Sabtu kemarin memang sempat keluyuran pulang malam. Jumat jalan-jalan ke Pasar Baru, trus ke Kota Tua dan baliknya mampir dulu ke Atrium Senen. Pulang sampe rumah 23.30. Sabtu cuma jalan-jalan ke Cibubur Junction. Tapi berhubung baru jalan sore pulang sampe rumah 23.30 juga. Minggu dini hari mulailah body merasa tak enak sebab temperatur badan ternyata meningkat. Minggu pagi badan sudah merasa ga enak tapi masih pura-pura sehat, sebab kalau saja ketauab sakit nyokap pasti akan nyerocos masalah hoby saya yang suka kelayapan sampai malam. Namun pura-puranya ga bisa lama sebab ga kuat. Akhirnya tumbanglah saya hingga 4 hari.

Berhubung anak kantoran, bukan anak konglomerat, jika sakit harus ijin saat tidak bisa masuk kantor. Subjectnya Sick Leave Permission. Ga enak juga dengan anak-anak lain. Sebab pasti banyak tugas yang terbengkalai.

Moral of the story so far adalah, pertama jadi orang harus banyak bersyukur. Banyak nikmat pada diri manusia yang baru disadari ketika nikmat itu dicabut. Yang paling nyata ya kesehatan. Kedua mencegah lebih baik dari mengobati. Jaga makanan dan banyak-banyak minum vitamin serta kurangi lembur (my fav :)). Juga kurangi ngelayap malam-malam yang ga perlu apalagi kalau harus motor-motoran. Memang susah sih soalnya bawaan anak muda yang malas kalau diam ga kemana-mana. Untuk masalah ini bisa dikompensasi mungkin dengan jual motor dan dijadiin down payment mobil cicilan 5 tahun. Nissan March mungkin? :p That’s all dulu lah.

Age++

Person jon = new Person();
int prevAge = jon.getAge();
int currentAge = prevAge++;
jon.setAge(currentAge);
jon.setFelling(new Feeling('grateful'));

Time move very fast. I just realize today I am already 1/4 century. Nothing special with birthday except we are getting closer and closer to die. But I don’t know why, I am very grateful today.

My mom said (like Forrest Gump phrase) I was born in small rented house exactly 25 years ago. At the rain season, my mom said too, the roof often leaked. Even we don’t have personal bath room inside house because we are very poor. So we must share outdoor bath room with neighbor. My mom said again, she always bring me walk around selling something for our living. Often mom walk very far, selling imitation jewelry or puppet cloth. I am exactly don’t remember how it was at that time. What I remember I always have great mom, father that I believe always love me, family that always care and friend that is everything. Human is nothing without other, so do I can not stand without other.

Now about 25 years forward. Life not as bad as previous. But I am ordinary human that never satisfy. Keep greedy and more greedy day by day. Get motorcycle want to buy car, after get car wanna get another more expensive car, again and again. Suddenly I to stop and contemplate. I already have everything. Why I am always complaining. When I see down bellow there still very many people who struggle for their life. At the street light, at the dark and dirty traditional market, etc. Life is too futile if we are always complaining. I also realize at the opposite when we see above there are many people too that looks life very happy and peaceful. Have home like a palace. Have luxury car with unimaginable price. Have money that seems never run out. They look very happy. They do? I don’t think so.Stop complaining, be grateful, keep chase whatever dream we have. This is one sentece statement that I rise today. There is no restriction getting whatever we want as long with appropriate way. But stop complaining. God do not playing dice when determining human destiny. God have very complex rule but I belive the rule is very fair. No more grumble, let’s move. Continue college, buy nice car, buy nice home, go to any place we want, get perfect job, open profitable business, there is no limit in this world, except artificial limit that we have created by ourself.

Happy Birthday Jon. The day you was born, God have prepared your destiny canvas. You have chance to write real destiny above that canvas. Stop complaining, be grateful, keep chase whatever dream we have.

Curhat Desember

Selamat tahun baru hijriah. Biasanya saya senang membuat resolusi di momen-momen penting seperti tanggal 1 Muharam kemarin. Tapi sekarang saya sedang malas. Lelah beresolusi yang bisu tak terwujud.

Sudah 1 bulan lebih sejak post terakhir di 2 blog saya. Saya sangat bersyukur dulu batal membeli hosting 1 juta untuk sok profesional ngeblog. Jika sudah terbeli sangat sayang sekali hosting sia-sia tak terpakai karena mood ngeblog saya yang sering angot-angotan.

Seperti post curhat sebelumnya tidak ada yang penting dari post ini selain curhatan saya yang ga penting. Biarkanlah sebab blog ini adalah personal diary saya.

Baiklah ini berikut adalah cerita-cerita penting sejak 1 bulan lebih tak membuat post baru. Pertama November kemarin saya akhirnya kesampean traveling ke Singapura dan Malaysia. Tadinya mau sampai ke Thailand, tapi apa daya dompet tak sampai. Sudah hampir satu bulan dari traveling tapi saya belum sempat menulis ceritanya. Insya Allah akan ditulis nanti.

Cerita kerjaan, tidak ada yang baru semua berjalan seperti biasa. Cerita rencana kuliah lagi, malas cerita nampaknya saya mulai agak kehilangan arah mengenai cita-cita S2 saya. Cerita ingin memulai bisnis, hampa, hanya berakhir di angan-angan dan ide. Sayang juga sebenarnya, padalah bulan-bulan terakhir saya sudah 2 kali menghadiri even startup lokal. Even tersebut adalah tempat berkumpulnya orang-orang yang ingin atau sudah bergelut di bisnis online. Sayangnya hingga detik ini saya masih menjadi Jon yang seperti biasa. Banyak ide, banyak mau, banyak cita-cita, tapi nol eksekusi :(.

Cerita-cerita lain, malas diungkapkan, biar disimpan di hati dulu saja. Oh ya sekitar minggu lalu setelah sekian lama akhirnya saya riding jarak jauh lagi. sekitar 160 Km pulang pergi dalam satu hari Jonggol – Jakarta – Pelabuhan Ratu. Seru juga, sudah lama tidak riding jauh-jauh. Berhubung bukan anak geng motor jadi ga pernah turing-turing jauh. Tapi cukup enjoy juga solo riding kemarin meski harus berhujan-hujan sepanjang jalan bareng si dia.

Cerita lain lagi, beberapa hari ini lagi benar-benar termotivasi untuk beli mobil (sungguh motivasi yang ga terlalu baik). Setelah di mimpi yang dulu-dulu mobil pertama saya haruslah Nissan X-Trail sekarang standard diturunkan menjadi Nissan Grand Livina saja. Sebetulnya masih bisa dikompromikan juga jadi Toyota Avanza. Namun Xenia 1000 cc okelah. Rencananya paling tidak 6 bulan lagi mau ambil. Pastinya mobil bekas saja, itu pun pastinya juga nyicil 4 atau 5 tahun atau 7 tahun kalo ada :p. Namun kepikiran sendiri juga. Rumah pun belum punya apa lagi kalo inget nyokap yang sudah pengen banget naik haji kadang suka sedih juga. Mudahkanlah rejeki ku ya Allah.

Ya udah curhat itu dulu saja. Untuk yang lain ditambah nanti. Cheer.

Menjadi Kaya dengan Repetisi

Anak kecil di Inggris itu pintar-pintar. Seumuran SD bahkan TK sudah lancar Bahasa Inggris. 

 

Sampai detik ini ada kalanya saya sering berpikir, dunia ini heterogen sekali dalam masalah kesuksesan hidup. Ada yang hidup ekstra sukses, ada yang biasa saja, ada yang gagal total. Meskipun kesuksesan bisa dilihat dari banyak sudut, tanpa berkesan matre, mari samakan persepsi. Tulisan ini berfokus pada kesuksesan finansial. Kenapa seperti itu sebab biasanya kesuksesan finansial adalah dampak dari kesuksesan-kesuksesan lain seperti kesuksesan karir dan kesuksesan bisnis. Namun tentu saja ada juga yang finansial mentereng tapi ternyata didapat dari hasil korupsi. Mari kita coret contoh seperti itu dan kita doakan tikus-tikus semacam itu agar hangus di neraka.

Kembali ke topik posting, saya benar-benar sering berpikir kenapa ada variasi keberhasilan hidup seperti tadi. Tentu saya sangat sadar, dunia tidak akan indah jika semua sama rata. Jika semua kaya atau jika semua miskin. Jika semua cantik dan ganteng definisi cantik dan ganteng tidak akan ada lagi. Dunia memang secara otomatis menyeimbangkan diri. Memang tidak ada cara yang baik dan mudah untuk merubah yang tidak cantik menjadi cantik. Namun ada banyak cara yang nyata untuk berubah dari orang biasa menjadi orang luar biasa atau bahkan dari orang gagal menjadi 180 derajat sukses. Salah satu cara yang akan dibahas adalah repetisi atau pengulangan.

Tanpa bermaksud mendiskriminasi, saya ingin mengangkat sebuah pertanyaan, mengapa penghasilan supir angkot berbeda jauh dengan CEO sebuah perusahaan besar? Salah satu jawaban adalah sebab kedua pekerjaan tersebut mempunyai tingkat kesulitan, kebutuhan keahlian dan tanggung jawab yang berbeda. Supir angkot akan tetap menjadi supir angkot baik setelah 5, 10 atau 20 tahun, kecuali ada fase tertentu ketika si supir angkot tadi ingin berubah, misalnya berganti pekerjaan. Namun jika tidak maka hari ke hari hanya menyupir dan menyupir yang akan dia lakukan. Berbeda dengan CEO perusahaan besar. Pada awalnya dipastikan si CEO akan merangkak dari bawah. Namun dengan repetisi, penambahan pengalaman, perlahan orang ini akan naik ke posisi yang lebih tinggi. Menerima tanggung jawab baru, memecahkan tantangan sehingga akhirnya bisa tiba di posisi yang cukup tinggi. Dalam proses ini ada satu hal yang benar-benar harus diingat, repetisi, pengulangan. Seperti pisau dengan pengulangan manusia akan terasah menjadi lebih tajam. Ketika satu waktu gagal menghadapi sesuatu, kita harus melakukan evaluasi. Lalu mengulang kembali hingga bisa berhasil mencapai apa yang harus dicapai. Keahlian akan semakin tajam dengan terus melakukan pengulangan. Ini juga yang menjadi alasan bahwa pada kebanyakan pekerjaan, salah satu elemen penentu gaji adalah pengalaman kerja. Dengan pengalaman kerja yang lebih lama, diasumsikan orang telah memiliki keahlian yang lebih tajam karena keahlian tersebut telah ‘diulang’ banyak.

Lalu apa kaitan isi tulisan ini dengan petikan pertama di atas? Di usia saya yang hampir 25 tahun saya masih gelagapan jika harus berkomunikasi dengan Bahasa Inggris. Padahal banyak rekan-rekan saya yang sangat fasih sekali berbicara Bahasa Inggris. Apa yang membedakan saya dan mereka? Salah satunya adalah tingkat pengulangan. Orang yang lebih fasih berbicara bahasa inggris pasti sudah lebih banyak berlatih dan mengulang-ngulang keahlian tersebut. Jadi logikanya jika mereka bisa, kita pun pasti bisa. Aturan ini juga berlaku untuk keahlian apa pun. Berbicara di depan umum, menulis, bisnis, dan sebagainya.

Sekarang seharusnya semakin nyata kenapa lebih banyak orang gagal dibandingkan orang sukses. Jawabannya tidak semua orang cukup kuat untuk pantang menyerah terus mengulang bangkit kembali ketika terjadi kegagalan. Pengusaha yang sukses biasanya telah jatuh berkali-kali terlebih dahulu. Dari tiap kejatuhannya si pengusaha bisa belajar sesuatu. Dari renungan ini juga saya akhirnya bisa sadar mengapa kehidupan saya cenderung stagnan. Saya tidak terlalu kuat untuk mau kukuh berlatih dan mengulang sesuatu. Sejak dulu saya ingin menjadi programmer handal. Menguasai Java luar dalam. Mempelajari Platform Android, belajar Python, mendalami JavaScript. Namun jangankan berepetisi untuk menjadi mahir, memulai saja tidak. Semoga post ini bisa menjadi renungan yang berharga untuk diri saya sendiri.