Cita-cita

Dear blog. Sejauh yang saya ingat, saya tak pernah bercita-cita secara khusus jadi programmer. Saat SD yang saya cukup ingat ada 2 cita-cita saya. Jadi astronot atau jadi tukang ojek. Cita-cita pertama terinspirasi dari buku-buku astronomi bergambar yang sering saya baca sewaktu saya menumpang tinggal dengan Paktuo dan Maktuo saya. Saya lihat daftar misi-misi ruang angkasa Amerika Serikat dan Uni Soviet. Gambar-gambar roket ruang angkasa, satelit-satelit buatan hingga Pesawat Ulang Alik milik NASA. Dari gambar Yuri Gagarin saat menjadi manusia pertama yang keluar orbit (padahal Rasulullah Muhammad sudah pergi ke langit ke 7 saat Isra Mi’raj berabad sebelumnya) hingga foto misi pendaratan Apolo XI yang “katanya” sudah sampai ke bulan. Akhirnya berikrarlah saya untuk bercita-cita sebagai astronot. Cita-cita kedua tentunya tidak serius, hanya bagian canda dari jelek-jelekan cita-cita dengan teman-teman SD lain.

Salah satu kawan saya berikrar secara canda ingin menjadi supir taksi. Maka saya pun berpikir menjadi tukang ojek menarik juga. Tapi sekali lagi tak ada yang salah dengan antara supir taksi dan tukang ojek dan tidak ada diskreditisasi di sini. Maka waktu pun berselang. Realitas mengatakan menjadi astronot bukan sesuatu yang masuk akal untuk dicapai. Sejak SMP saya mulai jatuh cinta dengan eksakta berkat inspirasi dari guru-guru hebat saya pada waktu itu. Saat SMA mulai berkenalan dengan komputer. Pada waktu itu saya mulai belajar Pascal secara tekstual. Sebab saya tidak pernah membuka komputer saat belajar, hanya membaca buku. Akhirnya saya berpikir komputer adalah sesuatu yang menarik. Lepas SMA nasib menarik saya untuk masuk kuliah di jurusan teknik elektro. Sebenarnya bukan teknik elektro murni, namun pendidikan teknik elektro. Artinya ketika lulus saya harusnya menjadi guru di STM. Tapi selama kuliah pun tetap minat saya terus ada di komputer dan pemrograman. Menginstruksikan komputer untuk melakukan apa yang saya mau. Saya pun jatuh cinta pada pandangan pertama pada bahasa bernama C. Sampai detik ini saya masih belum terlalu dengan intim dengannya, namun selalu ingin bisa mengenalnya lebih jauh. Sebab di tengah jalan saya berselingkuh dengan adik kedua C setelah C++ yang bernama Java. Akhirnya saya benar-benar intim dengannya hingga detik ini.Meski masih butuh waktu untuk dapat memahaminya secara utuh karena Java terus berubah dan bertambah. Akhirnya sejak masa kuliah saya pun berikrar akan menjadi orang yang bekerja di seputar komputer. Bukan tukang ketik tentunya tapi kuli koding. Seharian penuh pagi sore bahkan pagi malam di depan komputer. Kerja secara kasual tanpa perlu dandanan yang terlalu formal. Mondar-mandir dengan backpack besar celana jeans agak belel, kemeja seperlunya dengan transportasi motor cowok yang terkadang harus rela kebasahan saat hujan dan kepanasan saat kemarau. Itulah ikrar cita-cita saya pada saat kuliah. Kini pun itu semua telah tercapai.

Setelah ikrar itu sebenarnya ada ikrar lain yang pernah terbesit di hati. Masih berkaitan dengan komputer. Meski untuk sekarang saya cukup menikmati menjadi kuli koding. Namun untuk ke depan saya lebih tertarik untuk menjadi computer scientist. Kuliah lagi, melakukan penelitian, tetap kasual, menikmati hidup dan mensyukuri hidup. Namun entahlah, saat saya berpijak di masa kini, agak terlalu takut untuk mendesain terlalu detail masa yang belum datang. Trauma orang-orang gagal. Padahal jika ditelisik tak penah ada mimpi dan cita-cita yang pernah saya ikrarkan yang tidak tercapai. Yang ada adalah mimpi dan cita-cita yang belum tercapai. Semuanya pasti bisa hanya masalah waktu dan kemauan keras diri kita sendiri.